Minggu, 12 November 2017

Festival Garis Imajiner Yogyakarta


Garis imajiner merupakan salah satu penanda istimewa DIY. Garis bayangan tersebut merupakan garis penghubung antara Gunung Merapi, Keraton dan Pantai Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman masuk di garis imajiner Jogja.  Ajang festival garis imajiner Yogyakarta tersebut digagas untuk membangkitkan dan melestarikan budaya yang selama ini berada di masyarakat. Festival tersebut digelar sebagai wujud apresiasi kekayaan budaya yang adiluhung dan untuk membangun Kabupten Sleman. 
Beragam pagelaran seni juga disiapkan selama festival. Seperti pegelaran seni kerakyatan Sleman Hanengsemi (Sleman yang mempesona), dan pergelaran seni kerakyatan dan pertunjukan budaya Mataram Mangarsi (kehadiran Mataram). 
Acara Festival digagas oleh Dinas Kebudayaan Sleman. Festival Garis Imaginer Tahun 2017 diselenggarakan dari tanggal 21 September 2017 -  23 September 2017 bertempat di bawah Jembatan Baru UGM. Menyajikan tiga kegiatan, karnaval budaya, pergelaran seni kerakyatan dan pertunjukan budaya. Garis imajiner membentang dari Gunung Merapi, Tugu Jogjakarta, Keraton Jogjakarta hingga Pantai Parangkusumo. Makna yang terkandung dalam garis imajiner sangat bernilai. Gunung Merapi dalam mitologi Jawa dikenal sebagai swarga pangrantunan. Tugu merupakan patokan arah Sultan dalam melakukan meditasi yang menghadap ke Gunung Merapi. Awalnya bangunan ini berbentuk golong gilig. Makna Tugu yang dibangun era Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah manunggaling kawula gusti. Dengan kata lain pemersatu rakyat dan penguasa. Secara keseluruhan dari Gunung Merapi hingga Pantai Parangkusumo memiliki arti yang sangat penting bagi Keraton Jogjakarta. Keraton merupakan titik keseimbangan antara api yang dilambangkan Merapi dan air yang disimbolkan sebagai Parangkusumo. “Memaknai hubungan manusia dengan manusia maupun manusia dengan penciptanya.
Festival garis imajiner Yogyakarta dibuka dengan pawai diikuti 34 kelompok asal Sleman. Selain melibatkan drumband, kelompok seni, kelompok masyarakat dan bregada prajurit tradisional adapula bregada prajurit Polres Sleman. Uniknya selain mengenakan seragam dinas, para polisi juga mengenakan blangkon dan kain selempang. Pawai karnaval berbeda dengan karnaval umumnya. Terbagi tiga kelompok yang berangkat dari tiga penjuru. Seluruh rombongan pawai berkumpul di bawah Jembatan Baru UGM. Di lokasi ini tersaji panggung kesenian yang menghadirkan seniman-seniman. Selama tiga hari akan menyajikan pentas potensi seni. Baik itu dari kelompok maupun sanggar seni hingga seniman. Ada seni tari, kethoprak hingga wayang kulit dengan delapan dalang yaitu  Ki Edy Suwondo, Ki Bayu Sugati, Ki Sutikno dan 5 dalang cilik Zaky Kaditama, Adtya Sandhi Sadewa, Bernadetha Astri Putri N, Giang Bayu Tetuko, dan Davin Mahatma.

Referensi :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini